Beritadan foto terbaru Masjid Al Jihad - Masjid Jami Al-Jihad di Ciputat Dibangun Sebelum Indonesia Merdeka Sejaktahun 1930, hingga abad 21 saat ini, Masjid yang memiliki luas wilayah 3.000 meter persegi tersebut bermula dari bangunan sederhana. Sejak tahun 1930, hingga abad 21 saat ini, Masjid yang memiliki luas wilayah 3.000 meter persegi tersebut bermula dari bangunan sederhana. Sabtu, 18 Juni 2022; Cari. ModulSejarah Indonesia Kelas XII KD 3.8. Ternyata diantara Blok Barat dan Blok Timur, ada beberapa negara yang. memilih untuk bersikap netral. Negara-negara netral tersebut pun membentuk. Gerakan Non Blok (GNB). Pembentukan GNB ini diprakarsai oleh Presiden Soekarno (Indonesia), Presiden. cash. Kita tahu bersama bahwa negara Indonesia merupakan negara dengan populasi agama Islam terbesar di dunia. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan banyaknya bangunan masjid di setiap wilayahnya. Salah satunya adalah di Provinsi Jawa Barat yang memiliki sejumlah masjid bersejarah dan berusia ratusan tahun. Masjid-masjid tersebut bahkan sudah ada sebelum masa penjajahan dulu. Dari sekian banyak masjid bersejarah di Jawa Barat, telah merangkumnya dalam empat masjid bersejarah di Jawa Barat. baca juga Mumpung Hari Jumat, Yuk Berkunjung ke 3 Masjid Bersejarah di Kabupaten Bangkalan Ini Ini 3 Masjid Bersejarah dan Tertua di Kota Pontianak, Anda Pernah Berkunjung? 4 Masjid di Sulawesi Tenggara ini Harus Kalian Kunjungi, Kental Sejarah! 1. Masjid Agung Karawang Masjid Agung Karawang / Tribun Travel Urutan masjid tertua dan bersejarah di Jawa Barat adalah Masjid Agung Kawarang. Masjid yang disebut-sebut sebagai masjid tertua di pulau Jawa ini berdiri kokoh tepat di alun-alun barat Kelurahan Karawang. Keberadaan tempat ibadah ini juga tidak lepas dari peran Syaikh Quro sebagai penyebar agama Islam pertama di Karawang. Lokasi Jalan Alun-alun Barat, Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. 2. Masjid Raya Cipaganti Masjid Raya Cipaganti / GenPI Masjid Raya Cipaganti didirikan pada 7 Februari 1933. Masjid bersejarah ini merupakan salah satu masjid tertua di Kota Bandung. Adapun bangunan tempat ibadah ini tidak lepas dari saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Menurut beberapa sumber, konon masjid ini merupakan tempat pembicaraan penting Presiden Soekarno ketika berada di Kota Bandung. Masjid ini dirancang oleh arsitek Belanda Charles Prosper Wolff Schoemaker. Arsitektur Masjid Raya Cipaganti menggunakan corak khas Jawa dan Eropa. Kita bisa melihat sentuhan khas Jawa dari penggunaan atap tajug tumpang dua. Sedangkan untuk corak Eropa, terlihat dari penggunaan kuda-kuda segi tiga yang berfungsi sebagai penyangga atap. Lokasi Jalan Cipaganti Pasteur, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat. 3. Masjid Merah Panjunan Masjid Merah Panjunan / JawaPos Masjid Merah Panjunan merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang didirikan pada tahun 1480 oleh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan. Beliau merupakan ulama keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Pada mulanya, Masjid Merah Panjunan bernama Musala Al-Athya, tetapi karena bata yang dijadikan pagarnya berwarna merah mencolok, maka musala ini lebih dikenal dengan sebutan Masjid Batu Merah Panjunan. Sementara itu, bagian lantai keramik masjid ini juga berwarna merah, pada gerbang dan dindingnya pun terbuat dari bata berwarna merah. Arsitek pada bangunan masjid ini memadukan antara tradisi Jawa, Cina, Eropa, dan Islam sehingga menampilkan gaya bangunan yang unik. Hal tersebut merupakan simbol akulturasi budaya serta penyelarasan antara nilai-nilai syar’i dan tradisi. Masjid Merah Panjunan memiliki 17 tiang penyangga yang mejadi representasi dari jumlah rakaat salat. Lokasi Jalan Panjunan No 43, Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. 4. Masjid Agung Sang Cipta Rasa Masjid Agung Sang Cipta Rasa / Travelingyuk Masjid bersejarah terakhir dan masih di Kota Cirebon adalah Agung Sang Cipta Rasa. Masjid ini berdiri atas prakarsa Sunan Gunung Jati atau Syaikh Syarif Hidayatullah dan bersama Wali Songo yang lain. Adapun yang mejadi pemimpin pembangunan yaitu Sunan Kalijaga. Sedangkan arsiteknya adalah Pangeran Sepat. Beberapa keterangan menyebutkan jika masjid ini berdiri antara tahun 1489 Masehi dan tahun 1500 Masehi. Konon katanya, pembuatan masjid ini dibangun hanya dengan waktu semalam. Pada keesokan harinya, masjid ini sudah bisa digunakan sebagai untuk ibadah salat subuh. Lokasi Jalan Kasepuhan Kesepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Jadi kapan Kawan Akurat berkunjung? [] › Nusantara›Lima Masjid Kontemporer Unik... Masjid-masjid modern berarsitektur unik bermunculan di seantero negeri. Selain menambah kekayaan rumah ibadah, masjid-masjid itu juga menarik minat warga untuk berwisata. Oleh DEFRI WERDIONO, RENY SRI AYU ARMAN, NIKSON SINAGA, KRISTI DWI UTAMI, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA 8 menit baca KOMPAS/NIKSON SINAGAMasjid Agung Sultan Thaf Sinar Basarsyah di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat 1/4/2022. Kemegahan arsitektur masjid dengan atap kubah berwarna emas dan putih itu menjadi ikon Deli negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia juga memiliki jumlah masjid terbanyak. Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla pada 2020 menyebutkan, jumlah masjid dan mushala di negeri ini mencapai memberi gambaran betapa fantastisnya angka itu, jika seseorang bisa menjalankan shalat lima waktu di masjid dan mushala yang berbeda-beda setiap hari, diperlukan waktu 438 tahun untuk mengunjungi semuanya. Selain menjadi rumah ibadah bagi umat Muslim, jumlah masjid sebanyak itu pun memperkaya khazanah arsitektur bangsa, termasuk menjadi penanda kota. Selain masjid-masjid tua bersejarah, banyak masjid kontemporer modern yang hadir dengan desain kreatif nan dengan tampilan yang menarik perhatian itu tersebar di seantero Nusantara. Masjid-masjid tersebut juga kerap menjadi magnet warga untuk berfoto dan diunggah ke media sosial. Berikut sebagian kecil yang dapat menjadi rujukan untuk beribadah pada Ramadhan iniMasjid Al-MajidKOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGAWarga melintasi Masjid Al-Majid di Kelurahan Wargamekar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat 1/4/2022.Masjid ini mengambil desain menyerupai Kabah. Masjid Al-Majid berdiri di Kelurahan Wargamekar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Masjid ini berjarak sekitar 17 kilometer dari pusat Kota Bandung. Letaknya sekitar 100 meter dari Jalan Raya Laswi yang menjadi penghubung antara Kecamatan Baleendah dan hanya ukuran dan bentuknya, bangunan masjid juga dibuat mirip dengan Kabah melalui cat warna hitam dan dihiasi ukiran kaligrafi. Di salah satu sudut masjid pun terdapat replika Hajar Aswad dan di sisi utara masjid terdapat talang emas persis seperti di Masjid Al-Majid, Deden Sarifuddin, mengatakan, pada saat berdiri pada tahun 1970, tempat ibadah ini masih berbentuk surau yang berukuran 7 x 9 meter dan hanya menampung 80 anggota jemaah. Pada tahun 2019, surau ini diperbesar hingga menjadi 10 x 19 meter. Ruang salat pun bertambah di lantai dua dengan ukuran 10 x 12 meter. ”Sekarang kapasitasnya bisa menampung sekitar 250 anggota jemaah,” ujarnya saat ditemui, Jumat 1/4/2022.Masjid pun sengaja dibentuk kubus demi memaksimalkan kapasitas. Deden berujar, agar unik dan menarik, desain menyerupai Kabah pun dipilih. Pembangunan berjalan lebih kurang lima hanya untuk salat berjemaah, masjid dibangun seperti Kabah agar bisa pula dipakai dalam simulasi manasik haji dan umrah. Deden mengatakan, di lingkungan masjid terdapat agen perjalanan umrah sehingga para calon jemaah langsung bisa membayangkan bentuk dan ukuran Kabah yang akan disambangi di Masjidil Haram.”Selain warga sekitar, tempat ini juga sering disinggahi pesepeda dan berfoto di sini. Semoga apa yang mereka amati ini menjadi doa untuk bisa ke Tanah Suci,” Ar RahmanKOMPAS/DEFRI WERDIONOAr Rahman, salah satu masjid dengan arsitektur modern di rest area Tol Pandaan-Malang Kilometer 66 di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Rabu 30/3/2022.Pengguna Tol Pandaan-Malang mungkin sudah familiar dengan masjid ini. Bangunannya yang dari arah muka berbentuk segitiga menarik perhatian siapa saja yang singgah di area istirahat Kilometer 66, tepatnya di Jalur A Surabaya-Malang.Masjid bernama Ar Rahman ini berada di wilayah Desa Sumbersuko, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Masjid dengan warna dominan krem itu baru beroperasi selama satu tahun terbuka sehingga sinar matahari bisa masuk dari segala arah. Tanpa lampu penerangan pun, kala siang, ruang dalam masjid terlihat Manager Operasional PT Jasa Marga Pandaan-MalangIndrawan Agustono, Rabu 30/3/2022, menjelaskan, konsep bangunanAr Rahman mengadopsi Rukum Islam dan waktu shalat yang berjumlah lima kali sehari. Bangunan masjid menyerupai lima Al Quran yang ditata miring bersandar, masing-masing tiga di sisi utara dan dua di sisi dalam masjid bisa menampung hingga 800 anggota mengatakan, konsep masjidberbeda dengan masjid kebanyakan di Jawa Timur yang memiliki kubah. Bagian yang sama unsur lokal hanya dari sisi menara dan trap tangga naik ke dalam masjid. Menara ini sekaligus menjadi penanda bahwa bangunan itu merupakan tempat dilihat dari arah samping depan, bentuk Ar Rahman menyerupai trapesium, sedangkan jika dilihat dari sisi depan dan belakang, bentuknya lebih menyerupai segitiga. Sebuah menara dengan puncak meruncing dilengkapi lafaz ”Allah” tinggi menjulang di sisi belakang barat.Dinding di sisi kiri dan kanan dilengkapi kacang bening, sedangkan ornamen kaligrafi ayat kursi bergaya kufi menghiasi sisi depan dan belakang masjid. Secara umum masjid ini memiliki dimensi 30 x 40 meter dengan tinggi menara 12 meter. Ruang dalam masjid bisa menampung hingga 800 anggota 99 KubahRENY SRI AYU ARMANJemaah meninggalkan Masjid 99 Kubah di Makassar, Sulsel, Jumat 1/2/2022, seusai mengikuti shalat Jumat ke belahan timur negeri, Masjid 99 Kubah di Kota Makassar menjadi ikon baru kota ”Anging Mamiri”. Mulai dibangun pada 2017, masjid yang didesain oleh Ridwan Kamil ini tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga di dekat Pantai Losari, tepatnya di kawasan Center Point of Indonesia CPI. Saat senja, siluet masjid berbentuk unik ini selalu jadi obyek dan tempat foto menarik. Dinamai Masjid 99 Kubah karena memang memiliki kubah sebanyak 99 kubah yang masif inilah yang menjadi pusat keunikan sekaligus daya tarik masjid tersebut. Angka ini mengambil sifat-sifat Allah yang berjumlah 99 yang disebut Asmaul satu kubah besar di bagian tengah yang dikelilingi kubah-kubah kecil yang disusun berjejer dari bawah hingga ke atas. Warna kubah didominasi oranye, kuning, merah, serta putih. Sementara interior didominasi warna merah, oranye, kuning, biru, dan tampung masjid berukuran 72 x 45 meter ini bisa mencapai lebih dari anggota jemaah. Ini jika bagian dalam dan luar, termasuk pelataran suci, ikut digunakan. Lantai satu untuk jemaah laki-laki, sedangkan lantai dua untuk jemaah perempuan. Ada pula semi-basement yang kelak dijadikan kantor dan tempat pembangunan masjid mencapai sekitar Rp 180 miliar yang dianggarkan dari APBD Provinsi Sulsel. ”Pembangunan masih berlanjut, tapi sifatnya tinggal merampungkan saja dan melengkapi berbagai fasilitas. Rencana akan dibuat menara dan juga menambah penerangan,” kata Iqbal Najamuddin, Kepala Biro Kesra Pemprov Sulsel, Sabtu 2/4/2022.Masjid Agung Deli SerdangKOMPAS/NIKSON SINAGAMasjid Agung Sultan Thaf Sinar Basarsyah, di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat 1/4/2022.Masjid bernama lengkap Masjid Agung Sultan Thaf Sinar Basarsyah ini berdiri megah di Deli Serdang, Sumatera Utara. Keunikan masjid terutama pada atap kubah dan hiasan ornamen Melayu, Karo, dan Simalungun. Seusai melaksanakan shalat Jumat, jemaah berswafoto hampir di semua penjuru, mulai dari dalam masjid, teras, hingga Badan Pengelola Masjid Agung Sultan Thaf Sinar Basarsyah Khairum Rijal, mengatakan, pembangunan masjid yang digagas Bupati Deli Serdang Ashari Tambunan itu dimulai sejak 2017 dan diresmikan pada Juli 2021. Pembangunan senilai Rp 50 miliar itu dibiayai APBD Deli Serdang untuk menggantikan Masjid Al Ikhlas yang sudah ada sejak masjid dimulai dari atap berbentuk kubah dengan aksen warna emas dan putih yang menjadi warna khas Melayu Deli. Masjid yang berada di kawasan seluas 1,8 hektar ini memiliki beberapa pintu masuk yang terbuat dari kayu jati dengan hiasan dilihat dari atas, kubah dan tiga tiang ini membentuk lafaz Allah yang sangat masjid pun berlanjut hingga area dalam. Ruangan berkapasitas anggota jemaah itu terasa sangat luas karena atap kubah membuat tidak ada tiang penyangga di tengahnya. ”Pembangunan kubah ini menjadi bagian paling rumit dan harus menggunakan tulang besi yang banyak,” kata interior masjid pun semakin terasa karena mimbar dari kayu jati yang dihiasi kaligrafi dari kuningan emas. Di dalam masjid terdapat ornamen dari suku tempatan di Deli Serdang, yakni Melayu, Karo, dan Simalungun. Berjalan ke halaman masjid, taman dan air mancur menciptakan suasana yang asri. Pada malam hari, lampu warna-warni berpendar di halaman masjid halaman itu juga terdapat tiga tiang tinggi yang berdampingan dengan bangunan utama masjid. ”Jika dilihat dari atas, kubah dan tiga tiang ini membentuk lafaz Allah yang sangat indah,” kata KapalKOMPAS/KRISTI D UTAMIMasjid Safinatun Najah di Kelurahan Podorejo, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 2/4/2022.Masjid bernama lengkap Masjid Safinatun Najah ini terletak di Kelurahan Podorejo, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Masjid yang dibangun pada 2015 itu mengambil bentuk yang sangat unik, yakni kapal. Karena itu, selain menjadi tempat ibadah, masjid juga kerap dikunjungi di lahan seluas meter persegi, bangunan masjid memiliki panjang 50 meter, lebar 17 meter, dan tinggi 14 meter. Masjid itu memiliki empat lantai. Lantai teratas digunakan untuk tempat foto atau melihat pemandangan hamparan sawah dan hujan jati di juga Wisata Religi ke Masjid "Bahtera Nabi Nuh" SemarangSutar 67, takmir Masjid Kapal, mengatakan, sejak pertama kali dibuka pada 2015 hingga sebelum pandemi, rata-rata kunjungan mencapai orang per hari. Pengunjung dikenai tarif masuk Rp per orang. Sebagian uang itu disetorkan kepada Dinas Pariwisata Kota Semarang dan sebagian lagi untuk membiayai operasional masjid, termasuk membayar gaji karyawan yang mengurus kunjungan Safinatun Najah didirikan seseorang bernama Muhammad. Menurut Sutar, Muhammad berasal dari Arab Saudi yang telah lama tinggal di Kota Pekalongan. Ia memilih membangun masjid berbentuk kapal karena terinspirasi cerita Nabi Nuh dengan bahteranya. Nama Safinatun Najah juga dipilih Muhammad karena berarti kapal keberadaan masjid, warga sekitar yang dulunya bekerja sebagai kuli bangunan dan petani bisa menjual makanan di sekitar masjid.”Abah Muhammad yang dasarnya memang senang dengan kisah tentang kapal Nabi Nuh pernah jalan-jalan ke Afrika dan melihat sebuah masjid berbentuk kapal. Ia kemudian kepingin membangun masjid seperti itu,” ucap arti namanya, Muhammad juga ingin masjid itu bisa menyelamatkan masyarakat yang ada di sekitarnya. ”Berkat keberadaan masjid, warga sekitar yang dulunya bekerja sebagai kuli bangunan dan petani bisa menjual makanan di sekitar masjid. Tanah-tanah di sekitar Desa Podorejo yang dulunya murah, sejak ada masjid itu menjadi semakin mahal,” kata aristektur masjid itu membuat orang-orang penasaran kemudian datang. Pengunjung Masjid Kapal berasal dari sejumlah daerah di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, dan juga Mengunjungi Masjid Terbesar Eropa di Roma EditorMOHAMAD FINAL DAENG JAKARTA - Di mana masjid berdiri, di situlah menara menjulang. Menara atau orang Barat menyebutnya minaret, sudah menjadi elemen penting yang sukar untuk dipisahkan dari bangunan masjid. Tak heran jika menara selalu setia mendampingi masjid-masjid besar di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Bangunan masjid di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai unsur kebudayaan. Tidak hanya Timur Tengah, melainkan juga Cina, Hindu, dan Barat. Hal inilah yang membuat bentuk bangunan menara masjid di Indonesia memiliki keanekaragaman. * Masjid Agung BantenMasjid ini termasuk salah satu yang tertua di Jawa. Masjid yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin 1552-1570 terletak di sisi alun-alun dan di sebelah utara keraton. Menara Masjid Agung Banten berbentuk mercusuar dengan gaya Eropa yang tampak kurang serasi dengan bangunan masjidnya. Awalnya, sebelum difungsikan sebagai menara masjid, menara ini digunakan sebagai menara rambu dan pengintai untuk Pelabuhan Banten yang kerap menjadi sasaran serangan oleh kekuatan-kekuatan Eropa sebagai rival Belanda. Menara ini dibangun oleh seorang arsitek Belanda, Hendrik Lucasz Cardeel, yang bekerja di kota pelabuhan itu pada abad ke-17 M.* Masjid Agung DemakKetika didirikan tahun 1506, bangunan Masjid Agung Demak tidak memiliki menara. Menara Masjid Agung Demak baru dibangun pada 1934, yakni berupa bangunan kerangka besi yang mendukung bangunan batu bagian atas yang ditudungi oleh kubah kecil berbentuk bawang gemuk pendek. Menara ini terletak di tempat terpisah yang berdekatan dengan bangunan masjid.* Masjid Agung KudusMasjid yang terletak di Kota Kudus, Jawa Tengah, ini dibangun pada 956 H/1549 M. Masjid ini terkenal dengan menaranya yang unik, yang merupakan bagian dari kompleks makam Sunan Kudus. Menara ini pada dasarnya meniru bangunan candi zaman Majapahit yang terdiri dari kaki dan tubuh bangunan yang berjenjang beserta pelipit-pelipit mendatar sebagai dinding menara terbuat dari material batu bata. Sementara bagian atas menara berbentuk atap tumbang dengan konstruksi kayu. Hiasan bidang, meskipun sudah disamarkan, masih tampak seperti bekas-bekas hiasan pada bangunan candi.* Masjid IstiqlalMasjid Istiqlal merupakan salah satu masjid di Indonesia yang mengedepankan gaya arsitektur Islam modern. Gaya arsitektur modern ini juga tampak pada bagian menara masjid. Bangunan menara yang berfungsi sebagai tempat muazin mengumandangkan azan sebagai tanda waktu shalat tiba ini dibangun meruncing ke atas dan memiliki lubang-lubang pada bagian dindingnya. Lubang-lubang tersebut untuk mengurangi tekanan dan hembusan ini memiliki ketinggian 66,66 meter dengan diameter lima meter. Ketinggian menara ini sebagai simbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam Alquran. Sementara di atas tempat muazin mengumandangkan azan adalah puncak menara yang terbuat dari baja tahan karat seberat 28 ton dengan tinggi 30 meter.* Masjid Raya MedanMasjid Raya Medan juga termasuk yang memperlihatkan bentuk arsitektur asing yang berbeda dengan bentuk arsitektur tradisional Indonesia. Masjid ini mulai dibangun pada 1906 oleh Sultan Makmun ar-Rasyid Perkasa Alam Sultan Deli, 1873-1924, dan selesai pada 1909. Gaya bangunan masjid ini meniru gaya bangunan India, Timur Tengah, dan Masjid Raya Medan yang terletak terpisah dari bangunan masjid, misalnya, meniru gaya menara Mesir. Menara ini berbentuk runcing ke atas yang terdiri atas bagian bawah berbentuk prisma segi empat, yaitu bagian bawah paling lebar, bagian tengah bertingkat tiga, dan bagian atas berbentuk kubah susun yang berujung beragam jenis dan model menara masjid di atas, masih terdapat banyak model menara masjid lainnya. Ada yang persegi empat dengan bentuk mengerucut keatas. Namun, ada pula yang bulat, seperti butir peluru, moncong meriam, persegi delapan, persegi enam, dan lain sebagainya. sumber Islam Digest Republika

masjid modern yang dibangun sebelum indonesia merdeka ditunjukkan pada nomor